A.
Latar Belakang
Futsal merupakan salah satu olahraga kompetisi yang sedang
digandrungi dan digemari oleh tiap kalangan mulai dari anak-anak, orang tua,
pemuda, selebritis bahkan pejabat di Indonesia. Saryono (2006) menyimpulkan
bahwa futsal adalah aktivitas permainan invasi beregu yang dimainkan di
lapangan, terdiri dari lima orang pemain dengan durasi waktu tertentu, memiliki
gawang dan bola yang bentuknya lebih kecil dari permainan sepakbola dan
membutuhkan kecepatan bergerak, menyenangkan serta aman dimainkan. Perilaku
agresif yang dominan muncul pada futsal pada dasarnya adalah instrumental aggression yang bertujuan
untuk memenangkan pertandingan. Senada dengan hal tersebut Heidenreich (dalam
Straub, 1980) mengungkapkan bahwa perilaku agresif dari sudut pandang olahraga
diartikan sebagai rasa permusuhan yang kemungkinan melibatkan penyerangan atau
mempermainkan orang lain atau pendorong keberanian dan penyemangat untuk
memenangkan pertandingan.
Perilaku
agresif dalam olahraga khususnya futsal, menjadi sesuatu hal yang negatif
karena dapat menyakiti lawan ataupun dirinya sendiri. Hal tersebut ditegaskan
oleh Cox (2002) yang menyatakan bahwa dalam olahraga dapat muncul pula perilaku
agresif yang bertujuan untuk menyakiti lawan . Perilaku agresif yang tak
sepantasnya dilakukan oleh pemain futsal di dalam lapangan baik secara individu
maupun kelompok dapat disebabkan oleh situasi yang memanas karena penonton,
kepemimpinan wasit, dan perilaku yang disengaja untuk menyakiti lawan seperti
kontak badan dan ucapan. Salah satu contoh kasus terjadi pada tanggal 14
Oktober 2011 ketika pertandingan futsal antara SMPN 3 Tulung Agung melawan Mts.
Nurul Islam diwarnai permainan keras dan agresif dari pemain tim Mts. Nurul
Islam yang telah tertinggal 3 gol, sehingga pemain tersebut diberikan kartu
merah dan membuat banyak pemain lawan cedera. Hal yang sama juga terjadi di
Semarang, hanya karena emosi, pertandingan futsal jadi ajang tawuran yang
mengakibatkan satu orang luka-luka dan berakhir di kepolisian(http://suaramerdeka.comEmosi,PertandinganFutsalJadiAjangTawuran.htm,
diakses pada tanggal 6 Desember 2011).
Sungguh menjadi sebuah ironi ketika pertandingan futsal
yang pada mulanya bertujuan sebagai sarana olahraga atas dasar kegemaran dan
sebagai sarana pemersatu, namun dengan mudahnya tersulut oleh hal-hal sepele
kemudian menjadi sarana pelampiasan agresivitas yang tidak terkontrol dan tidak
terkendali. Sebagaimana yang diungkapkan Sukadiyanto (2005) mengungkapkan bahwa
tujuan untuk mencapai kepuasan dan kedamaian dari olahraga sudah mulai
terlupakan dengan seringnya terjadi keributan dalam pertandingan hanya karena
masalah sepele. Misalnya hanya karena saling ejek atau tidak dapat menerima
kekalahan, penyerangan ataupun
perkelahian pemain futsal terhadap pemain lawan main kerap
terjadi di kompetisi lokal daerah maupun skala nasional futsal di
Indonesia.
Penyerangan ataupun perkelahian yang terjadi pada
pertandingan futsal, bahkan kerap dialami pula oleh pemain futsal di kalangan
mahasiswa seperti di Universitas Negeri Makassar. Contohnya yang terjadi pada
tanggal 14 juni 2010 tawuran antara mahasiswa Fakultas Ekonomi dengan mahasiswa
Fakultas Olahraga Universitas Negeri Makassar yang berawal dari adanya saling
ejek dan cek-cok dalam pertandingan futsal hingga akhirnya saling menyerang dan
merusak kampus (http://www.antaranews.com/berita/1276515864/gara-gara-futsal-mahasiswa-unm-tawuran, diakses pada tanggal 6 Desember 2011).
Contoh-contoh kasus yang terjadi di atas
menunjukkan kenyataan bahwa pelaku yang memunculkan aksi-aksi perilaku agresif
berlebihan yang merugikan orang lain maupun dirinya sendiri dalam lapangan
futsal masih didominasi oleh kelompok periode umur yang tergolong remaja. Hal
ini disebabkan oleh masa transisi perubahan fisik dan psikologis yang
memengaruhi kondisi emosi remaja. Menurut Aristoteles emosi adalah hal yang
wajar (dalam Goleman, 2004). Namun apabila emosi terlalu ditekan, maka akan
terjadi kebosanan, bila emosi tak terkendali, terus menerus dan ekstrim, maka
emosi akan menjadi sumber penyakit, seperti depresi berat, cemas berlebihan,
amarah yang meluap-luap dan gangguan emosi yang berlebihan. Oleh karena itu dibutuhkan
kecerdasan emosi agar emosi yang diungkapkan tidak meluap-luap dan dapat
menghindari perilaku agresif yang berlebihan.
Kecerdasan emosi menurut Goleman (1999) adalah kemampuan
lebih yang dimiliki individu dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi
kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan
jiwa. Kecerdasan emosi yang dimiliki idividu memiliki peranan yang sangat
penting sebagai pusat pengendalian segala perilaku individu. Dalam pengambilan
keputusan serta tindakan yang tepat, individu membutuhkan 80% kecerdasan emosi
dan 20% kecerdasan intelektual (Goleman, 2004).
Goleman (1999) mengungkapkan bahwa emosi berperan besar
dalam pengambilan keputusan yang paling rasional. Manusia lebih sering
bertindak sesuai dengan pikiran dibanding menggunakan emosinya, padahal emosi
mempunyai peran penting dalam keberhasilan individu baik di tempat kerja,
tempat belajar,di rumah dan hubungan sesama maupun diri sendiri. Kecerdasan emosi
mengajarkan individu untuk mampu mengatur emosi diri sendiri. Karena apabila
emosi berlangsung dengan intensitas tinggi melampaui kewajaran, maka emosi akan
berubah menjadi hal-hal yang ekstrim yang menekan kecemasan kronis, amarah tak
terkendali dan depresi yang berhubungan dengan perilaku agresif akibat
ketidakmampuan mengelola emosi pada individu.
Dengan kecerdasan emosi, individu dapat
menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur
suasana hati. Hasil penelitian Aziz dan Mangestuti (2006) menyatakan bahwa
salah satu cara untuk mengendalikan masalah agresivitas pada mahasiswa adalah melalui
pengembangan kecerdasan emosi. Individu yang memiliki kecerdasan emosi yang
tinggi dapat menanggulangi emosi dengan baik, dan memperhatikan kondisi
emosinya, serta merespon dengan benar emosinya untuk orang lain. Begitu pula
hasil penelitian Aprilia (2007) yang menemukan fakta adanya korelasi negatif
yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresif pada remaja.
Hal ini menunjukkan bahwa segala perilaku
termasuk perilaku agresif seseorang khususnya perilaku agresif mahasiswa pemain
futsal akan sangat dipengaruhi oleh kecerdasan emosinya. Oleh karena itu,
peneliti tertarik melakukan penelitian dalam mencari hubungan antara kecerdasan
emosi dengan perilaku agresif pada mahasiswa pemain futsal di Universitas
Negeri Makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, masalah dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan
emosi dengan perilaku agresif pada mahasiswa pemain futsal di Universitas
Negeri Makassar ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
menjawab rumusan masalah di atas. Secara rinci, tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui adanya hubungan antara kecerdasan
emosi dengan perilaku agresif pada mahasiswa pemain futsal di Universitas
Negeri Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Kontribusi yang diharapkan dari
hasil penelitian ini antara lain ialah :
1. Manfaat Teoretis :
a.
Memperkaya hasil
penelitian yang telah ada di bidang Psikologi, khususnya di bidang Psikologi
Olahraga dalam hal ini mengenai hubungan kecerdasan emosi dengan perilaku
agresif pada mahasiswa pemain futsal.
b.
Memberikan konstribusi
terhadap ilmu olahraga dan seluruh praktisi ilmu olahraga khususnya pemerhati
olahraga mengenai hubungan kecerdasan emosi dengan perilaku agresif pada
mahasiswa pemain futsal.
2.
Manfaat Praktis.
a.
Bagi seluruh praktisi
olahraga khususnya mahasiswa pemain futsal di Universitas Negeri Makassar,
penelitian ini diharapkan mampu berfungsi sebagai masukan dalam meminimalisir
perilaku agresif yang terjadi pada mahasiswa pemain futsal.
b.
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan referensi bagi peneliti lainnya yang ingin meneliti
tentang hubungan kecerdasan emosi dengan perilaku agresif pada mahasiswa pemain
futsal.
c.
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi informasi bagi masyarakat mengenai manfaat kecerdasan
emosi dalam mengurangi tindakan- tindakan kekerasan atau perilaku agresif pada
pemain futsal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar