menu

Selasa, 09 April 2019

futsal



A.    Latar Belakang
      Olahraga adalah sarana permainan dalam bentuk aktivitas fisik individu yang didasari kegemaran, memiliki tujuan, menggunakan peraturan dan wahana untuk menyalurkan berbagai perasaan individu, seperti perilaku agresif. Selain itu olahraga memberikan ruang bagi perilaku agresif karena olahraga juga bersifat kompetisi, sebagaimana yang diungkapkan Sukadiyanto (2005) bahwa perilaku agresi muncul apabila individu menggunakan segala cara untuk memenangkan kompetisi.
Futsal merupakan salah satu olahraga kompetisi yang sedang digandrungi dan digemari oleh tiap kalangan mulai dari anak-anak, orang tua, pemuda, selebritis bahkan pejabat di Indonesia. Saryono (2006) menyimpulkan bahwa futsal adalah aktivitas permainan invasi beregu yang dimainkan di lapangan, terdiri dari lima orang pemain dengan durasi waktu tertentu, memiliki gawang dan bola yang bentuknya lebih kecil dari permainan sepakbola dan membutuhkan kecepatan bergerak, menyenangkan serta aman dimainkan. Perilaku agresif yang dominan muncul pada futsal pada dasarnya adalah instrumental aggression yang bertujuan untuk memenangkan pertandingan. Senada dengan hal tersebut Heidenreich (dalam Straub, 1980) mengungkapkan bahwa perilaku agresif dari sudut pandang olahraga diartikan sebagai rasa permusuhan yang kemungkinan melibatkan penyerangan atau mempermainkan orang lain atau pendorong keberanian dan penyemangat untuk memenangkan pertandingan.
      Perilaku agresif dalam olahraga khususnya futsal, menjadi sesuatu hal yang negatif karena dapat menyakiti lawan ataupun dirinya sendiri. Hal tersebut ditegaskan oleh Cox (2002) yang menyatakan bahwa dalam olahraga dapat muncul pula perilaku agresif yang bertujuan untuk menyakiti lawan . Perilaku agresif yang tak sepantasnya dilakukan oleh pemain futsal di dalam lapangan baik secara individu maupun kelompok dapat disebabkan oleh situasi yang memanas karena penonton, kepemimpinan wasit, dan perilaku yang disengaja untuk menyakiti lawan seperti kontak badan dan ucapan. Salah satu contoh kasus terjadi pada tanggal 14 Oktober 2011 ketika pertandingan futsal antara SMPN 3 Tulung Agung melawan Mts. Nurul Islam diwarnai permainan keras dan agresif dari pemain tim Mts. Nurul Islam yang telah tertinggal 3 gol, sehingga pemain tersebut diberikan kartu merah dan membuat banyak pemain lawan cedera. Hal yang sama juga terjadi di Semarang, hanya karena emosi, pertandingan futsal jadi ajang tawuran yang mengakibatkan satu orang luka-luka dan berakhir di kepolisian(http://suaramerdeka.comEmosi,PertandinganFutsalJadiAjangTawuran.htm, diakses pada tanggal 6 Desember 2011).
Sungguh menjadi sebuah ironi ketika pertandingan futsal yang pada mulanya bertujuan sebagai sarana olahraga atas dasar kegemaran dan sebagai sarana pemersatu, namun dengan mudahnya tersulut oleh hal-hal sepele kemudian menjadi sarana pelampiasan agresivitas yang tidak terkontrol dan tidak terkendali. Sebagaimana yang diungkapkan Sukadiyanto (2005) mengungkapkan bahwa tujuan untuk mencapai kepuasan dan kedamaian dari olahraga sudah mulai terlupakan dengan seringnya terjadi keributan dalam pertandingan hanya karena masalah sepele. Misalnya hanya karena saling ejek atau tidak dapat menerima kekalahan,  penyerangan ataupun perkelahian pemain futsal terhadap pemain lawan main  kerap  terjadi di kompetisi lokal daerah maupun skala nasional futsal di Indonesia. 
Penyerangan ataupun perkelahian yang terjadi pada pertandingan futsal, bahkan kerap dialami pula oleh pemain futsal di kalangan mahasiswa seperti di Universitas Negeri Makassar. Contohnya yang terjadi pada tanggal 14 juni 2010 tawuran antara mahasiswa Fakultas Ekonomi dengan mahasiswa Fakultas Olahraga Universitas Negeri Makassar yang berawal dari adanya saling ejek dan cek-cok dalam pertandingan futsal hingga akhirnya saling menyerang dan merusak kampus (http://www.antaranews.com/berita/1276515864/gara-gara-futsal-mahasiswa-unm-tawuran, diakses pada tanggal 6 Desember 2011).
      Contoh-contoh kasus yang terjadi di atas menunjukkan kenyataan bahwa pelaku yang memunculkan aksi-aksi perilaku agresif berlebihan yang merugikan orang lain maupun dirinya sendiri dalam lapangan futsal masih didominasi oleh kelompok periode umur yang tergolong remaja. Hal ini disebabkan oleh masa transisi perubahan fisik dan psikologis yang memengaruhi kondisi emosi remaja. Menurut Aristoteles emosi adalah hal yang wajar (dalam Goleman, 2004). Namun apabila emosi terlalu ditekan, maka akan terjadi kebosanan, bila emosi tak terkendali, terus menerus dan ekstrim, maka emosi akan menjadi sumber penyakit, seperti depresi berat, cemas berlebihan, amarah yang meluap-luap dan gangguan emosi yang berlebihan. Oleh karena itu dibutuhkan kecerdasan emosi agar emosi yang diungkapkan tidak meluap-luap dan dapat menghindari perilaku agresif yang berlebihan.
Kecerdasan emosi menurut Goleman (1999) adalah kemampuan lebih yang dimiliki individu dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Kecerdasan emosi yang dimiliki idividu memiliki peranan yang sangat penting sebagai pusat pengendalian segala perilaku individu. Dalam pengambilan keputusan serta tindakan yang tepat, individu membutuhkan 80% kecerdasan emosi dan 20% kecerdasan intelektual (Goleman, 2004).
Goleman (1999) mengungkapkan bahwa emosi berperan besar dalam pengambilan keputusan yang paling rasional. Manusia lebih sering bertindak sesuai dengan pikiran dibanding menggunakan emosinya, padahal emosi mempunyai peran penting dalam keberhasilan individu baik di tempat kerja, tempat belajar,di rumah dan hubungan sesama maupun diri sendiri. Kecerdasan emosi mengajarkan individu untuk mampu mengatur emosi diri sendiri. Karena apabila emosi berlangsung dengan intensitas tinggi melampaui kewajaran, maka emosi akan berubah menjadi hal-hal yang ekstrim yang menekan kecemasan kronis, amarah tak terkendali dan depresi yang berhubungan dengan perilaku agresif akibat ketidakmampuan mengelola emosi pada individu.
      Dengan kecerdasan emosi, individu dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Hasil penelitian Aziz dan Mangestuti (2006) menyatakan bahwa salah satu cara untuk mengendalikan masalah agresivitas pada mahasiswa adalah melalui pengembangan kecerdasan emosi. Individu yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi dapat menanggulangi emosi dengan baik, dan memperhatikan kondisi emosinya, serta merespon dengan benar emosinya untuk orang lain. Begitu pula hasil penelitian Aprilia (2007) yang menemukan fakta adanya korelasi negatif yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresif pada remaja.
      Hal ini menunjukkan bahwa segala perilaku termasuk perilaku agresif seseorang khususnya perilaku agresif mahasiswa pemain futsal akan sangat dipengaruhi oleh kecerdasan emosinya. Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan penelitian dalam mencari hubungan antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresif pada mahasiswa pemain futsal di Universitas Negeri Makassar.

B.  Rumusan Masalah

       Berdasarkan uraian di atas, masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresif pada mahasiswa pemain futsal di Universitas Negeri Makassar ?

C.    Tujuan Penelitian

      Penelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah di atas. Secara rinci, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresif pada mahasiswa pemain futsal di Universitas Negeri Makassar.

D.  Manfaat Penelitian

             Kontribusi yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain ialah :
1.   Manfaat Teoretis :
a.          Memperkaya hasil penelitian yang telah ada di bidang Psikologi, khususnya di bidang Psikologi Olahraga dalam hal ini mengenai hubungan kecerdasan emosi dengan perilaku agresif pada mahasiswa pemain futsal.
b.         Memberikan konstribusi terhadap ilmu olahraga dan seluruh praktisi ilmu olahraga khususnya pemerhati olahraga mengenai hubungan kecerdasan emosi dengan perilaku agresif pada mahasiswa pemain futsal.
2.      Manfaat Praktis.
a.          Bagi seluruh praktisi olahraga khususnya mahasiswa pemain futsal di Universitas Negeri Makassar, penelitian ini diharapkan mampu berfungsi sebagai masukan dalam meminimalisir perilaku agresif yang terjadi pada mahasiswa pemain futsal.
b.         Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi peneliti lainnya yang ingin meneliti tentang hubungan kecerdasan emosi dengan perilaku agresif pada mahasiswa pemain futsal.
c.          Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi masyarakat mengenai manfaat kecerdasan emosi dalam mengurangi tindakan- tindakan kekerasan atau perilaku agresif pada pemain futsal.

 























Tidak ada komentar:

Posting Komentar