A. Latar Belakang Masalah
Kebugaran jasmani merupakan
kebutuhan dan bagian dari kehidupan yang tak dapat dipisahkan, karena jika
seseorang memiliki kebugaran jasmani yang optimal, maka orang itu dalam
melakukan pekerjaannya tidak akan merasakan kelelahan yang berlebihan, walaupun
pekerjaannya berat dan melelahkan. Kebugaran
jasmani sangat penting bagi siswa karena
siswa yang memiliki tingkat kebugaran jasmani tinggi akan dapat melakukan
aktivitas belajar dan bermainnya dengan baik dan tanpa kelelahan yang berarti,
serta tubuhnya tetap segar ketika berhenti beraktivitas dan pada saat
istirahat. Sebaliknya tingkat kebugaran yang rendah akan menjadi kendala dalam
pelaksanaan aktivitasnya sehari-hari, oleh karena kondisi jasmani yang tidak
dapat memenuhi semua kebutuhan dalam melakukan aktivitas tersebut. Tidak
terjadinya kelelahan pada siswa dalam melakukan pekerjaannya dan tetap segarnya
kondisi tubuh setelah beraktivitas memungkinkan setiap individu secara wajar melaksanakan
kegiatan-kegiatan dalam kehidupan sehari-hari. Mengenai pengertian
kebugaran jasmani, Giriwijoyo (2004:16) menjelaskan sebagai berikut:
Kebugaran jasmani adalah derajat sehat dinamis yang sesuai (mampu
mendukung) bagi tugas-tugas fisik dalam lingkungan kehidupannya sehari-hari,
dalam jabatan, dalam keluarga dan juga
dalam masyarakat, serta masih pula mempunyai cadangan untuk menghadapi tugas
fisik yang bersifat mendadak misalnya tugas pekerjaan tambahan, keadaan bahaya
atau keadaan darurat lainnya.
Dari penjelasan tersebut dapat digambarkan bahwa kebugaran jasmani
merupakan kesanggupan atau kemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatu tugas
fisik tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan dan memiliki kesanggupan untuk
melakukan pekerjaan lainnya. Jadi, dapat dinyatakan bahwa orang yang bugar
adalah orang yang sanggup menyelesaikan tugas fisiknya tanpa mengalami
kelelahan yang berarti dan memiliki kesanggupan untuk mengerjakan pekerjaan
lainnya. Maka, kebugaran jasmani
dikatakan baik apabila komponen dasar anatomis meningkat dan sesuai dengan fungsi
faal dalam sistem kerjanya. Setiap
orang memiliki kebugaran jasmani, namun derajat kebugaran jasmani setiap orang
berbeda. Ada yang tinggi ada juga yang rendah. Tinggi rendahnya kebugaran
jasmani tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari luar maupun dari
dalam diri orang itu sendiri. Mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dalam kebugaran jasmani, Lutan
(2001:61) menjelaskan tentang beberapa faktor yang mempengaruhi kebugaran
jasmani, di antaranya sebagai berikut: “1) Keteraturan berlatih dengan
intensitas kegiatan yang cukup berat, 2) Faktor genetika, dan 3) Kecukupan gizi”.
Untuk meningkatkan kebugaran jasmani (physical
fitness) yang baik dan untuk mencapai derajat sehat dinamis diperlukan
aktivitas fisik atau jasmani. Mengenai komponen-komponen yang berkaitan dengan
kesegaran jasmani, Lutan (2001:62) menjelaskan sebagai berikut:
Kebugaran jasmani memiliki dua aspek:
· Kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan
mengandung empat unsur pokok komponen kondisi fisik, di antaranya Kekuatan
otot, Daya tahan otot, Daya tahan aerobik, Fleksibilitas
· Kebugaran yang berkaitan dengan performa
mengandung unsur-unsur pokok komponen kondisi fisik, di antaranya Koordinasi,
Agilitas, Kecepatan gerak, Power, dan Keseimbangan
Dari penjelasan tersebut, bahwa dalam pembelajaran pendidikan
jasmani dapat mengembangkan komponen kebugaran jasmani antara lain; dari
komponen kebugaran kecepatan dapat ditingkatkan melalui aktivitas gerak yang
memaksa anak bergerak secepat-cepatnya. Kelincahan misalnya; siswa dihadapkan
pada tugas gerak yang memaksa anak untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan
cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan dan
kesadaran akan posisi tubuhnya. Kekutan misalnya; siswa untuk melakukan kontraksi
guna membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Daya tahan otot adalah
kemampuan seseorang dalam mempergunakan ototnya untuk berkontraksi secara
terus-menerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban tertentu. Kebugaran jasmani seseorang dapat dipengaruhi
oleh aktivitas fisik yang melibatkan organ-organ tubuh untuk bekerja secara
efektif dan efisien sesuai dengan fungsinya masing-masing. Kemampuan organ
tubuh tidak akan muncul tanpa adanya aktivitas-aktivitas fisik seperti
olahraga. Untuk memenuhi tuntutan dalam melakukan aktivitas fisik tersebut,
maka tergantung dari penampilan gerak atau motor yang dimiliki oleh seseorang. Kemampuan seseorang secara alamiah akan
berkembang dengan sendirinya sesuai proses pertumbuhan, perkembangan,
kematangan dan pengalaman serta faktor latihan. Kemampuan gerak merupakan gambaran dari salah
satu kecakapan dalam melakukan bermacam-macam aktivitas fisik secara
keseluruhan. Faktor penyebab perbedaan hasil belajar atau berlatih gerak
adalah tingkat kemampuan motor educability.
Motor educability
merupakan salah satu faktor dari sekian banyak faktor yang bersifat internal
(ada pada diri anak), Nurhasan (2000:108) menjelaskan bahwa: “Motor educability adalah kemampuan
seseorang untuk mempelajari gerakan yang baru (new motor skill).” Oleh karena, tingkat motor educability dapat menunjukkan cepat tidaknya atau mudah
tidaknya seseorang menguasai suatu keterampilan gerak yang baru. Dengan kata
lain, semakin tinggi tingkat motor
educability seseorang maka semakin mudah dan cepat orang tersebut amenguasai
suatu keterampilan. Kegiatan
permainan di sekolah yang diberikan oleh guru-guru bidang studi pendidikan
jasmani akan banyak membantu pertumbuhan dan perkembangan anak secara
menyeluruh, artinya kegiatan olahraga dan permainan dapat memberikan dampak
positif terhadap unsur-unsur jasmaniah, kejiwaan dan sosial yang sifatnya
mendidik bagi anak sehingga bermain bagi anak-anak merupakan salah satu
kegiatan dalam upaya menyalurkan segala potensi yang ada pada diri
masing-masing anak, baik untuk kebutuhan jasmani maupun rohani sebagai satu
kesatuan makhluk hidup dalam pencapaian hasrat dan minat yang bergelora pada
diri anak.
Di Sekolah Dasar permainan tradisional merupakan salah satu bahan ajar
dalam materi pendidikan jasmani yang termasuk dalam kurikulum pendidikan
nasional. Kegiatan-kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani yang diajarkan di
Sekolah Dasar disusun berdasarkan masukan dan informasi dari para ahli dalam
bidangnya termasuk juga pemikiran dari para gurunya. Mengenai jenis kegiatan
pendidikan jasmani di Sekolah Dasar dijelaskan Depdikbud (1993:2), yaitu:
Jenis kegiatan yang diajarkan meliputi
kegiatan pokok dan kegiatan pilihan. Kegiatan pokok terdiri atas atletik, senam, permainan (sepak bola, bola
basket, bola voli, bola tangan), dan pendidikan kesehatan. Sedangkan kegiatan
pilihan terdiri atas renang, pencak silat, bulutangkis, tenis meja, tennis,
sepak takraw, olahraga tradisional, dan cabang-cabang olahraga lainnya yang
potensial dan berkembang di daerah.
Pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar pada umumnya berupa
aktivitas jasmani. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan motorik siswa
adalah melalui berbentuk permainan tradisional. Mengenai hal ini, Sukintaka
(1992:92) menjelaskan bahwa:
Anak yang
memainkan permainan tradisional akan melakukan dengan rasa senang, sehingga
mereka akan terpacu untuk mengaktualisasikan potensinya yang berbentuk gerak,
sikap, dan perilakunya. Situasi ini akan menimbulkan perubahan aspek pribadi
anak, ialah jasmani, rohani, sebagai makhluk sosial, dan makhluk Tuhan.
Dari pendapat di atas, maka dapat dijelaskan bahwa permainan tradisional
mempunyai banyak manfaat yang sangat berguna bagi anak. Anak-anak akan menjadi
lebih kreatif, dapat mengembangkan kecerdasan anak, dan juga akan memunculkan
potensi gerak atau motorik yang dimiliki anak. Permainan tradisional merupakan salah satu materi yang dalam pelaksanaannya
sering melibatkan aktivitas siswa secara berkelompok atau lebih dari satu
orang. Hal ini mengindikasikan bahwa materi permainan tradisional mengandung
nilai-nilai keterampilan yang dapat ditrasformasikan pada siswa agar motoriknya
menjadi lebih baik dari sebelumnya. Permainan tradisional yang diberikan
kepada anak dalam penelitian ini di antaranya; permainan gobak sodor, bebentengan, dan hitam-hijau. Permainan
tradisional tersebut diberikan, oleh karena bersifat sederhana, murah, meriah
dan dapat dilakukan oleh orang banyak serta pada umumnya dilakukan secara
aktif. Dengan demikian, melalui permainan
tradisional yang diberikan
diharapkan dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan motoriknya dalam mempelajari setiap gerakan baru. Pengamatan di lapangan bahwa dalam proses
pembelajaran pendidikan jasmani, yakni sebagian siswa cenderung kurang aktif melakukan gerak, siswa kurang
fokus terhadap materi yang dipelajarinya, kurangnya kemampuan gerak yang
dimiliki siswa sehingga berimplikasi terhadap kurang berkembangnya kebugaran jasmani siswa, kurang termotivasinya anak dalam memperdalam materi dan jumlah sarana yang kurang memadai. Dan
permainan tradisional tidak dipraktekkan dalam pembelajaran penjas disekolah
tersebut. Dengan demikian, kesiapan
guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal
utama penyampaian materi pelajaran dan menjadi indikator suksesnya dalam proses
pembelajaran. Namun, dalam hal ini harus melibatkan unsur fisik mental,
intelektual, emosional, dan
sosial. Oleh karena, aktivitas pendidikan jasmani khususnya permainan
tradisional yang akan diberikan harus mendapatkan sentuhan
didaktik-metodik, sehingga siswa termotivasi untuk mempelajari setiap gerakan
baru yang diinstruksikan guru dan diharapkan aktivitas permainan tradisional yang dilakukan dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas,
proses pembelajaran permainan tradisional tidak akan meningkatkan, apabila tidak didukung
oleh motor educability. Oleh karena, motor educability merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi dalam pencapaian hasil belajar. Dengan demikian, motor educability dapat dijadikan acuan
untuk mengukur kemampuan seseorang dalam mempelajari keterampilan gerak yang
baru sehingga kedudukannya dalam suatu kerangka pembelajaran permainan
tradisional menjadi penting,
terutama dalam mengidentifikasi dan mengklasifikasi kemampuan gerak seorang
individu. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus pembahasannya mengenai pengaruh permainan tradisional
terhadap tingkat motor educability
siswa SD Negeri Arcamanik Endah Kota Bandung.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah yang peneliti ajukan maka terdapat beberapa masalah yang dapat
diidentifikasi, di antaranya sebagai berikut:
1. Siswa
kurang aktif melakukan gerak dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani.
2. Kurang berkembangnya motor educability anak memahami fokus materi yang dipelajarinya.
3. Kurang termotivasinya anak dalam
memperdalam materi.
4. Permainan
tradisional yang tidak dilakukan dalam pembelajaran penjas.
5. Selain
itu juga tuntutan kurikulum, guru harus dapat menyampaikan semua materi dalam
waktu yang sangat minim.
C. Batasan Penelitian
Pembatasan penelitian diperlukan dalam setiap penelitian agar masalah
yang diteliti lebih terarah. Maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal, antara
lain:
1.
Masalah yang diteliti yakni pengaruh permainan
tradisional terhadap tingkat motor
educability siswa SD Negeri Arcamanik Endah Kota Bandung.
2.
Permainan tradisional yang diberikan kepada anak dalam
penelitian ini, hanya dibatasi pada permainan gobak sodor, bebentengan, dan hitam-hijau.
3.
Lokasi penelitian dilaksanakan di SD Negeri Arcamanik
Endah Kota Bandung.
4.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SD Negeri
Arcamanik Endah Kota Bandung, kelas V dan VI berjumlah 30 orang.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan masalah penelitian tersebut di
atas, maka rumusan pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana pengaruh
permainan tradisional terhadap tingkat motor
educability siswa SD Negeri Arcamanik Endah Kota Bandung?
E.
Tujuan Penelitian
Mengacu
pada permasalahan penelitian tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh permainan tradisional terhadap tingkat motor educability siswa SD Negeri
Arcamanik Endah Kota Bandung.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini
diharapkan mempunyai kegunaan atau manfaat penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Secara teoritis dapat dijadikan sumbangan
informasi bagi sekolah sebagai lembaga yang berkompeten dalam penetapan suatu
kebijakan lembaga, khususnya pengaruh permainan tradisional terhadap
tingkat motor educability siswa SD
Negeri Arcamanik Endah Kota Bandung.
2. Secara praktis dapat dijadikan acuan oleh
para guru pendidikan jasmani dalam menetapkan dan merencanakan program pembelajaran
pendidikan jasmani khususnya permainan tradisional kepada siswa melalui pendekatan pedagogis dan metodik
didaktik, sehingga kegiatan pembelajaran
permainan tradisional di SD Negeri Arcamanik Endah Kota Bandung dapat berjalan sesuai dengan tujuan
yang diharapkan, yakni dapat meningkatkan kemampuan gerakan baru (motor
educability) siswa.